Minggu, 11 Oktober 2009

Alkisah hiduplah tiga orang anak. Yang satu baik, yang satu nakal, dan yang satunya lagi Bima. Datang dari arah yang berlainan, mereka menuju ke sebuah rumah dan masuk ke dalamnya. Di dalam rumah itu Cuma ada meja. Di meja itu ada wadah plastik, seperti yang digunakan untuk wadah es krim atau es cone. Di dalam masing-masing wadah plastik putih itu (catatan: tanpa merk dagang atau logo perusahaan) ada dua kelinci cokelat dan secarik kertas. Kertas itu berbunyi:
“Petunjuk Manual Penggunaan Dua Kelinci Coklat.”
“Dalam waktu 24 jam, sepasang kelinci coklat ini akan berkembang biak dan menghasilkan sepasang kelinci cokelat baru. Setiap 24 jam, pasangan kelinci cokelat dalam wadah plastik putih ini akan mengganda jadi sepasang baru lagi. Dengan demikian, dalam wadah plastik putih ini (yang biasanya dipakai buat es krim atau es cone), si pemiliknya akan selalu punya kelinci-kelinci coklat buat dimakan. Satu-satunya syarat hanyalah sepanjang waktu harus ada sepasang kelinci cokelat dalam wadah plastik ini, wadah yang sama yang dipakai buat es krim dan es cone.”
Tiap anak mengambil wadah plastik putihnya masing-masing, wadah yang biasa dipakai buat es krim atau es cone itu.
Si kecil-nakal tak mau menunggu sampai 24 jam. Ia makan sekaligus dua kelinci coklatnya. Ia menikmatinya sesaat, tapi kelinci-kelinci coklatnya habis sudah. Kini ia tak punya apa-apa buat dimakan, tapi kenangan dan nostalgia akan kelinci coklat itu tetap tinggal menyisa.
Si kecil-baik menunggu sampai 24 jam dan ia kini punya 4 kelinci coklat. 24 jam sesudahnya ia punya 8 kelinci coklat. Setelah sekian bulan berlalu, si kecil-baik membuka jaringan retail kelinci coklat. Setelah setahun ia punya cabang di seluruh negeri, melibatkan diri dengan modal asing dan mulai mengekspor. Akhirnya ia digelari “Tokoh Tahun Ini” dan menjadi luar biasa kaya dan berpengaruh. Ia jual industri kelinci coklatnya pada investor asing, dan menjadi pimpinan di perusahaannya. Ia tak pernah mencicipi kelinci coklat itu supaya laba tak berkurang. Sedang wadah plastik putih ajaib itu tak lagi ia pegang. Ia tak pernah tahu rasa kelinci cokelat.
Si kecil-bima, persetan dengan kelinci coklat, ia malah menaruh es krim kacang di wadah plastik putih itu, yang memang biasanya dipakai buat es krim atau es cone. Memang dasar bangsat kecil, ia ubah seluruh dasar cerita ini. Ia pak setengah liter es krim kacang lalu berangkat pulang dan hancurlah moral cerita soal kelinci coklat tadi, dengan simpulan bahwa semua opsi terakhir hanyalah jebakan.

Neo-moral cerita: es krim kacang punya implikasi berbahaya bagi neoliberalisme.


PEMAHAMAN BACAAN
1. anak manakah yang jadi presiden republik?
2. anak manakah yang jadi anggota partai oposisi?
3. anak manakah yang yang mesti diganyang karena dianggap melanggar konstitusi?
4. Kalau anda seorang Perempuan, maukah anda melahirkan salah satu dari ketiga anak ini?
Kirimkan jawaban Anda ke PO BOX no. 69 dengan tembusan kepada menteri dalam negeri dan KPU.

(adaptasi dan inspirasi dari:
"BAB Notabene Yang Tak Habis-Habis"
komunike EZLN September 1996)

Tidak ada komentar: